Rabu, 29 Agustus 2007

Kertas Sigaret Halus Sinden Istimewa




















KATEGORISASI

* Jenis rancangan :

-- Kemasan : kertas

* Jenis produk :

-- Lainnya : kertas


PRODUK

* Nama produk : Kertas Sigaret Halus Sinden Istimewa


LEGALITAS

* Nomor daftar legal : 84579


VISUAL

* Dimensi (milimeter) :

-- Lebar : 45

-- Panjang / tinggi : 70

* Warna :

-- Spot :

1. Jingga

2. Merah

* Teknik produksi : Cetak Offset

* Material : Kertas (Plain Papper)

* Visual tang tampak :

1. Gambar Sinden

* Tipe huruf :

1. Garamond

2. Arial


KONTEKS

* Budaya yang mempengaruhi :

1. Jawa terlihat dari gambar sinden

COMMENT

Ini adalah Kertas Sigaret Halus merek Sinden. Visual yang tampak ialah seorang penari sedang bersimpuh dengan merek Sinden. Mengapa? karena Pesinden adalah primadona yang menjadi magnet dan selalu dikagumi dalam tontonan rakyat. Penonton pria biasanya terbuai dan mabuk asmara karena mereka. Bagi penikmatnya, mereka adalah simbol pemanjaan dorongan hedonistis. Sama seperti orang merokok: semata demi kenikmatan,bahkan rokok secara medis tak memberikan keuntungan bagi kesehatan dan justru sangat membahayakan. Warna yang digunakan oranye tua, oranye muda, kuning dan putih. Warna oranye dan kuning memberi kesan meriah dan ceria (seperti menonton sinden menari). Warna putih terkesan bersih, murni dan istimewa. Jenis huruf yang digunakan sans serif dan script.

Pesinden adalah sebutan bagi wanita yang bernyanyi mengiringi orkestra gamelan, umumnya sebagai penyanyi satu-satunya.Pesinden juga sering disebut Sinden, menurut Ki-Mujoko Joko Raharjo (Alm) berasal dari kata "pasindhian" yang berarti yang kaya akan lagu atau yang melagukan (melantunkan lagu). Sinden juga disebut waranggana "wara" berarti seseorang berjenis kelamin wanita, dan "anggana" berarti sendiri. Pada jaman dahulu waranggana adalah satu-satunya wanita dalam pangung pergelaran wayang ataupun pentas klenengan. Sindhen memang seorang wanita yang menyanyi sesuai dengan gendhing yang di sajikan baik dalam klenengan maupun pergelaran wayang. Istilah sinden juga digunakan untuk menyebut hal yang sama di beberapa daerah seperti Sunda, Banyumas, Yogyakarta, Jawa Timur dan daerah lainnya, yang berhubungan dengan pergelaran wayang maupun klenengan. Pada pergelaran wayang jaman dulu Sinden duduk dibelakang Dalang, tepatnya di belakang tukang gender dan di depan tukang Kendhang. Hanya seorang diri dan biasanya istri dari Dalangnya ataupun salah satu pengrawit dalam pergelaran tersebut. Tetapi seiring perkembangan jaman, terutama di era Ki Narto Sabdho yang melakukan berbagai pengembangan, Sindhen dialihkan tempatnya menghadap ke penonton tepatnya di sebelah kanan Dalang membelakangi simpingan wayang dengan jumlah lebih dari dua orang.

Di era modern sekarang ini Sinden mendapatkan posisi yang hampir sama dengan artis penyanyi campursari, bahkan sindhen tidak hanya dibutuhkan untuk mahir dalam menyajikan lagu tetapi juga harus menjaga penampilan, dengan berpakaian yang rapi dan menarik. Sindhen tidak jarang menjadi "pepasren" (penghias) sebuah panggung pertunjukan wayang. Bila Sindhennya cantik-cantik dan muda yang nonton akan lebih kerasan dalam menikmati pertunjukan wayang. Perkembangan wayang saat ini bahkan Sindhen tidak hanya didominasi wanita tetapi telah muncul beberapa orang Sindhen laki-laki yang mempunyai suara merdu seperti wanita, tetapi dalam dandannya sindhen ini tetap memakai pakaian adat jawa selayaknya pengrawit pria lainnya dan beberapa waktu lalu Sindhen laki ini malah menjadi trend para Dalang untuk menghasilkan nilai lebih pada pergelarannya.

Untuk menunjukkan kesan halus maka sangat cocok sekali jika kertas sigaret ini menggunakan icon sinden. Warna kuning merah dan putih sangat harmonis sehingga orang mudah menggingat produk ini. Tulisan halus dibuat seolah berbeda dari yang lain (seperti stylasi tulisan tangan) untuk menunjukkan kesan halus muncul ke permukaan.
Menurut kami kemasan ini terpengaruh oleh budaya Jawa, hal ini terlihat dari gambar Sinden pada kemasan. Pesinden adalah sebutan bagi wanita yang bernyanyi mengiringi orkestra gamelan, umumnya sebagai penyanyi satu-satunya. Pesinden yang baik harus mempunyai kemampuan komunikasi yang luas dan keahlian vokal yang baik serta kemampuan untuk menyanyikan tembang.

Pesinden juga sering disebut Sinden, menurut Ki-Mujoko Joko Raharjo (Alm) berasal dari kata "pasindhian" yang berarti yang kaya akan lagu atau yang melagukan (melantunkan lagu). Sinden juga disebut waranggana "wara" berarti seseorang berjenis kelamin wanita, dan "anggana" berarti sendiri. Pada jaman dahulu waranggana adalah satu-satunya wanita dalam pangung pergelaran wayang ataupun pentas klenengan. Sindhen memang seorang wanita yang menyanyi sesuai dengan gendhing yang di sajikan baik dalam klenengan maupun pergelaran wayang. Istilah sinden juga digunakan untuk menyebut hal yang sama di beberapa daerah seperti Sunda, Banyumas, Yogyakarta, Jawa Timur dan daerah lainnya, yang berhubungan dengan pergelaran wayang maupun klenengan. Sindhen tidak hanya satu orang dalam pergelaran tetapi untuk saat ini pada pertunjukan wayang bisa mencapai delapan hingga sepuluh orang bahkan lebih untuk pergelaran yang sifatnya spektakuler.

Tidak ada komentar: